LITERASI DALAM LINGKUP KEBERAGAMAN & KEBHINEKAAN

LITERASI DALAM LINGKUP KEBERAGAMAN & KEBHINEKAAN

Nama                  : Luthfi Nayla Aninda

Kelas                   : X MIPA 4

Asal Sekolah        : SMAN 53 JAKARTA

Alamat Email       : luthfinayla77@gmail.com

Tema                  : Literasi, Moderasi, dan Indahnya Keberagaman

 

Literasi dalam Lingkup Keberagaman dan Kebhinekaan

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.499 pulau. Dan Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak perbedaan yang sering kita kenal dengan kata ‘keberagaman’. Keberagaman tersebut disebabkan oleh adanya letak geografis. Letak geografis ini menyebabkan Indonesia memiliki banyak suku bangsa, agama, ras, dan kebudayaan.

 

Keberagaman budaya merupakan hal yang wajib dijaga keberadaannya, karena keberagaman budaya merupakan aset penting yang tidak dimiliki oleh negara lain. Dikutip dari laman bobo.grid.id budaya dapat diartikan sebagai hasil karya yang diciptakan oleh manusia yang dilestarikan secara turun – temurun. Namun, sering kali terjadi perbedaan antar kelompok sehingga menimbulkan perpecahan. Perpecahan tersebut dapat menimbulkan konflik yang merugikan banyak pihak, sehingga Bangsa Indonesia rentan terpecah belah.

 

Kita dapat ambil contoh dari kemenangan pasangan badminton ganda putri, Greysia Polli dan Apriyani Rahayu. Pasangan ganda putri yang memenangkan medali emas pada Tokyo Olympic 2020 berasal dari suku yang berbeda. Greysia yang beragama Kristen dan memiliki darah Tionghoa,. Sedangkan Apriyani yang beragama islam, dan memiliki darah Jawa dan Sulawesi. Dalam ungguhan Greysia di laman Instagramnya, ia menyebutkan bahwa “yang mempersatukan mereka adalah Bangsa Indonesia”. Greysia dan Apriyani sangat bangga menjadi bagian dari Bangsa Indonesia. Mereka merupakan pahlawan baru bagi Indonesia. Perjuangan mereka tidak hanya melawan lawan main ketika pertandingan berlangsung, tetapi mereka juga menyatukan diri mereka yang berbeda keyakinan, suku dan budaya. Perjuangan mereka merupakan bentuk dari pengamalan sila ketiga Pancasila, yakni Persatuan Indonesia.

 

Dari uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan jika keberagaman yang dimiliki Bangsa Indonesia tidak menjadi penghalang untuk kita berekspresi atau berkreasi. Namun seringkali banyak warga atau masyarakat Indonesia yang belum memahami arti keberagaman itu sendiri. Banyak juga masyarakat Indonesia yang masih memiliki sifat fanatisme kesukuan yang berlebihan sehingga merasa suatu kelompok paling benar. Hal itulah yang sering menyebabkan Bangsa Indonesia mengalami konflik dan perpecahan.

 

Selain itu, pada masa pandemi seperti ini, pasti terjadinya disrupsi teknologi. Dikutip dari laman UI.AC.ID/ disrupsi teknologi adalah era terjadinya inovasi dan perubahan besar – besaran secara fundamental karena hadirnya teknologi digital. Pergerakan inilah yang membuat masyarakat harus menyesuaikan diri dengan situasi saat ini. Banyak masyarakat yang dapat menerima pergerakan tersebut. Namun tidak sedikit juga masyarakat yang menolak mentah – mentah pergerakan tersebut.

 

Disrupsi ini memaksa semua lapisan masyarakat untuk beradaptasi dengan situasi saat ini. Termasuk generasi milenial yang saat ini menghadapi tantangan yang baru dan pastinya berbeda dari tantangan pada masa lalu. Semua kegiatan yang mulanya luring kian berubah menjadi serba online atau daring. Dikutip dari beberapa sumber, dengan adanya disrupsi teknologi ini banyak yang beranggapan bahwa yang dibutuhkan saat ini bukan hanya kecerdasan intelegensi saja namun, kemampuan untuk mengendalikan emosional juga sangat diperlukan pada era disrupsi teknologi. Era disrupsi teknologi ini tidak hanya memaksa kita untuk mengerti tekonologi namun, harusnya dengan adanya era disrupsi ini kita harus mengetahui kecaman apa yang akan terjadi dari era ini dan apa dampaknya bagi masa kini dan masa depan. Pengertian itulah yang harus dipahami oleh semua lapisan masyarakat, Dengan kita memahami dan mengetahui kecaman dan dampak apa yang ditimbulkan dari era ini, kita dapat berantisipasi.

 

Dampak yang diberikan juga dapat berisi hal – hal yang positif namun dampak negatif yang ditimbulkan dari era disrupsi keberadaannya kian melebihi dampak positifnya. Nah, dampak positif yang didapatkan adalah menambahnya pengetahuan kita tentang suatu informasi. Dan dampak negatif yang ditimbulkan akibat disrupsi teknologi adalah banjirnya informasi yang meluap sehingga hampir semua informasi tidak dapat tersaring kebenarannya. Hal tersebut yang menimbulkan konflik seperti berita hoaks atau berita palsu dan ujaran kebencian. Kejadian inilah yang sedang merajalela di media sosial. Dan yang saat ini menjadi ancaman sekaligus tantangan bagi Bangsa Indonesia di masa kini dan masa depan.

 

Banyak sekali masyarakat termasuk para pelajar yang menerima mentah – mentah informasi tanpa tahu kebenarannya. Banyak orang yang tidak bisa membedakan mana berita asli dan mana berita bohong atau palsu.  Hal tersebut dapat timbul karena adanya sifat masyarakat yang mudah meyakini sesuatu tanpa tahu kebenarannya. Dan Jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, akan menimbulkan konflik serta perpecahan bagi Bangsa Indonesia.

 

Seharusnya kita sebagai generasi milenial dapat memilah dan mengolah informasi yang benar dan informasi yang tidak benar setelah mendapatkan suatu informasi. Jika kita bisa mewujudkan hal tersebut, maka berita hoaks atau berita palsu serta ujaran kebencian tidak akan beredar di masyarakat. Dan kita sebagai pelajar dapat menanamkan nilai – nilai kebudayaan dan kewargaan serta dapat mengamalkan makna yang terkandung dalam sila – sila Pancasila

 

Beredarnya informasi hoaks atau ujaran kebencian ini merupakan isu yang terus bergulir di tengah masyarakat dan di tengah arus globalisasi. Oleh karena itu kita sebagai pemuda – pemudi bangsa harus bisa melawan dan mengatasi masalah tersebut dengan mensosialisasikan moderasi beragama. Kenapa kita harus memilih moderasi beragama? Dikutip dari beberapa sumber dengan adanya kegiatan tersebut, kita dapat menyamakan cara pandang kita tentang sikap kebangsaan terutama dalam hal keagamaan dan kebhinekaan.

 

Moderasi beragama sangat penting keberadaannya karena Indonesia merupakan negara yang memiliki latar belakang keberagaman baik keberagaman suku, budaya, maupun agama. Berbicara tentang moderasi beragama, apakah kalian sudah mengetahui apa itu sebenarnya? Atau hanya sebatas mendengar kata tersebut?

 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keberagaman termasuk keberagaman agama dan keyakinan. Moderasi beragama merupakan kunci untuk terciptanya hubungan yang baik antar umat beragama. Menurut beberapa ahli, seperti Prof. Azyumardi Azra moderasi beragama merupakan suatu cara pandang tentang pemahaman dan pengamalan nilai – nilai yang ada di dalam agama serta bangsa, dan berisi kebijakan yang mendorong untuk terlaksananya kehidupan yang tentram dan damai. Moderasi beragama merupakan upaya yang sangat diharapkan dapat membangun kerukunan dan kedamaian. Moderasi beragama berprinsipkan pada keadilan dan keseimbangan serta kemanusiaan.

 

Dikutip dari laman KOMPAS.COM, akhir – akhir ini banyak masyarakat yang melaksanakan agama namun cenderung menyingkirkan nilai – nilai keadilan dan kemanusiaan. Yang pertama yang bisa dikatakan adalah banyaknya masyarakat yang beragama namun, saling memisah – misahkan, atau banyak umat antar beragama yang saling bermusuhan dan saling mencemooh. Banyak yang menafsir agama tanpa dilandasi dengan kaidah dasar dalam menerjemahkan agama. Dan persoalan yang sering muncul saat ini adalah kecendrungan masyarakat tentang pemahaman agama yang bisa merusak ikatan persaudaraan sebangsa.

 

Keberagaman yang ada di Indonesia seringkali menimbulkan berbagai permasalahan. Salah satunya adalah keberagaman di bidang keagamaan yang menjadi alasan terbentuknya radikalisme di Indonesia. Munculnya kelompok – kelompok ekstrem yang semakin hari semakin mengembang baik secara offline maupun secara online. Seiring berjalan waktu dan perkembangan teknologi, banyak yang memanfaaatkan teknologi untuk menjalankan atau menyebarluaskan ideologi mereka. Permasalahan tersebut bisa kita atasi dengan moderasi beragama.

 

Untuk menggerakan moderasi beragama, baik dalam hal pemahaman atau keyakinan kita harus memiliki sifat pengamalan nilai – nilai agama dalam lingkup keberagaman, berani menegakkan keadilan serta saling menghormati antar pemeluk agama yang berbeda dan saling bekerja sama. Moderasi beragama harus terus disosialisasikan dan harus terus diedukasi agar masyarakat Indonesia memiliki pemahaman agama yang baik, sehingga dapat menciptakan kehidupan yang rukun, harmonis, damai serta dapat menghargai perbedaan yang ada. Jadi dapat diambil kesimpulan, bahwa moderasi merupakan sarana atau wadah untuk mewujudkan Bangsa Indonesia yang maju dengan masyarakatnya yang rukun, damai, serta harmonis dalam kemajemukan yang ada.

 

Jika sikap ekstrem dan intoleransi dibiarkan begitu saja, akan merusak akar – akar yang sudah tumbuh di Indonesia. Serta dengan mudah akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan sehingga dapat memecah belah Bangsa Indonesia.  

 

Untuk menghindari itu semua, kita dapat meningkatkan minat kita terhadap literasi. Literasi sendiri merupakan aset penting yang harus dimiliki oleh bangsa dan harus dikembangkan. Beberapa ahli menyimpulkan bahwa literasi sendiri memiliki makna yang merujuk kepada kemampuan dan keterampilan individu yang perlu dilatih dan dikembangkan. Literasi memiliki banyak jenisnya, salah satunya adalah literasi budaya dan kewargaan, yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia.  

 

Literasi budaya dan kewargaan dapat merubah atau mengantarkan Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. Karena, dengan adanya literasi budaya dan kewargaan, masyarakat Indonesia dapat memahami keberagaman yang ada serta dapat memahami antara hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal tersebut dapat mendukung perubahan dan pembangunan Indonesia kearah yang lebih baik, Selain itu, literasi budaya dan kewargaan dapat menjadi bekal bagi masyarakat Indonesia untuk menumbuhkan sikap saling menghargai antar warga negara di tengah keberagaman yang ada. Dengan sikap tersebut, masyarakat Indonesia dapat menumbuhkan rasa nasionalisme nya tehadap Bangsa Indonesia. Serta mendorong untuk tumbuhnya Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju di tengah arus globalisasi dengan warganya yang memiliki banyak keberagaman serta menjunjung tinggi martabat bangsa.

 

Literasi budaya dan kewargaan dapat kita lakukan mulai dari lingkup terkecil sampai terluas, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Kegiatan untuk meningkatkan minat terhadap literasi budaya dan kewargaan harus terus dilakukan agar cita – cita bangsa yang tercantum pada pembukaan UUD 1945, yaitu menjadi Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dapat tercipta sepenuhnya meskipun di tengah arus globalisasi dan juga agar masyarakat Indonesia tidak mudah dipengaruhi atau diadu dombakan oleh pihak manapun yang mempunyai kehendak sendiri.

 

Mari bersama tingkatkan minat kita terhadap literasi karena dengan literasi kita dapat mengetahui banyak hal baru dan dengan adanya literasi budaya dan kewargaan dapat membuat negeri kita menjadi lebih maju dan hidup dalam keberagaman. Serta dengan adanya literasi kita dapat membedakan mana informasi yang benar dan mana informasi yang tidak benar. Kita harus mengenali jenis – jenis informasi agar berita hoaks dan ujaran kebencian tidak semakin merajalela di lingkungan masyarakat. Serta kita harus menggerakan kegiatan atau program moderasi beragama agar terciptanya kehidupan yang adil, damai, dan rukun.